Orang batak memiliki 2 kitab yaitu
1. Buku Pustaha Tumbaga
2. Buku Laklak.
Pustaha laklak adalah bukti sejarah
bahwa sejak tempo doeloe orang Batak Toba telah mengenal budaya menulis. Pada
masa agama belum masuk ke Tanah Batak, sebelum kini kita mengenal peradapan
modern seperti sekarang ini, orang Batak telah menulis. Tapi buku orang Batak
kala itu tentu saja belum ditulis di atas kertas melainkan diatas kulit kayu
yang disebut Pustaha Laklak.
Pustaha Laklak
Konon buku pertama halak hita adalah Pustaha Tumbaga Holing, kitab yang diturunkan oleh Si Raja Batak.Selanjutnya pustaha laklak, atau biasa disingkat laklak, ditulis oleh kalangan dukun.
Mereka menulis kitab-kitab hadatuon untuk keperluan ilmu nujum atau pengobatan penyakit-penyakit. Laklak asli buatan datu di masa lalu ditulis dalam aksara Batak, bukan huruf Latin seperti yang sekarang bisa ditemukan di toko-toko suvenir jika anda berkunjung ke danau toba. Namun banyak juga pustaha hadatuon yang ditulis dengan simbol-simbol atau gambar, dengan maksud supaya tidak semua orang memahaminya. Rahasia yang tercatat lewat gambar itu biasanya berupa formula ramuan khusus dan tabas atau mantra sang dukun.
Pustaha Batak, disebut Pustaha Laklak Kode 4301 (linguistik).
Sekarang berada di Logan Museum of Anthropology, Wisconsin, AS.
Kondisi: Sudah sangat rusak. Beberapa halaman sudah hancur dan tidak dapat dibaca lagi, tetapi bagian yang masih utuh memiliki teks dan ilustrasi yang cukup jelas.
Bahan: Kulit Kayu
Ukuran: 28 x 18 cm
Bungkus jilid (terbuat dari kayu, disebut "lampak") berdimensi 35 x 18 cm.
Koleksi: Harley Harris Bartlett (1886-1960)
Catatan:
Harley Harris Bartlett (1886-1960) adalah penulis "The Labors of the Datoe and
Other Essays on the Bataks of Asahan (North Sumatra)" dalam "Michigan Papers on South and Southeast Asia, 15. Ann Arbor: University of Michigan Press (1973). Bartlett ialah seorang antropolog dan ahli tumbuh-tumbuhan yang meneliti di daerah Asahan pada tahun 1917 dan 1927.
Dalam pustaha tertulis: "Ahu pangulubalang si bahir bangke darajahon di | bulung ni sapuate (atau sada ate?) asa daparap ma dohot si | biyangsa panaluwan bunu ma musungku si anu." yang artinya kira-kira "Aku adalah Pangulubalang Si Bahir Bangke (roh yang dipelihara oleh datu untuk menghancurkan musuh) untuk dirajah pada daun Sapuate, yang bila digabung dengan Sibiangsa Panaluan (Sibiangsa Panaluan adalah sejenis pangulubalang yang sangat bahaya) akan membunuh musuhku."
Referensi detail mengenai pangulubalang terdapat di buku Johannes Winkler Die Toba Batak auf Sumatra in gesunden und kranken Tagen. Stuttgart 1925 serta Ph. L. Tobing, The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God, 1956. Mengenai Sibiangsa Panaluan lihat Petrus Voorhoeve A catalogue of the Batak manuscripts in the Chester Beatty Library. Dublin: Hodges Figgis & Co.Ltd. 1961.
Tokobukuberkualitas.blogspot.com
Pustaha Laklak
Konon buku pertama halak hita adalah Pustaha Tumbaga Holing, kitab yang diturunkan oleh Si Raja Batak.Selanjutnya pustaha laklak, atau biasa disingkat laklak, ditulis oleh kalangan dukun.
Mereka menulis kitab-kitab hadatuon untuk keperluan ilmu nujum atau pengobatan penyakit-penyakit. Laklak asli buatan datu di masa lalu ditulis dalam aksara Batak, bukan huruf Latin seperti yang sekarang bisa ditemukan di toko-toko suvenir jika anda berkunjung ke danau toba. Namun banyak juga pustaha hadatuon yang ditulis dengan simbol-simbol atau gambar, dengan maksud supaya tidak semua orang memahaminya. Rahasia yang tercatat lewat gambar itu biasanya berupa formula ramuan khusus dan tabas atau mantra sang dukun.
Pustaha Batak, disebut Pustaha Laklak Kode 4301 (linguistik).
Sekarang berada di Logan Museum of Anthropology, Wisconsin, AS.
Kondisi: Sudah sangat rusak. Beberapa halaman sudah hancur dan tidak dapat dibaca lagi, tetapi bagian yang masih utuh memiliki teks dan ilustrasi yang cukup jelas.
Bahan: Kulit Kayu
Ukuran: 28 x 18 cm
Bungkus jilid (terbuat dari kayu, disebut "lampak") berdimensi 35 x 18 cm.
Koleksi: Harley Harris Bartlett (1886-1960)
Catatan:
Harley Harris Bartlett (1886-1960) adalah penulis "The Labors of the Datoe and
Other Essays on the Bataks of Asahan (North Sumatra)" dalam "Michigan Papers on South and Southeast Asia, 15. Ann Arbor: University of Michigan Press (1973). Bartlett ialah seorang antropolog dan ahli tumbuh-tumbuhan yang meneliti di daerah Asahan pada tahun 1917 dan 1927.
Dalam pustaha tertulis: "Ahu pangulubalang si bahir bangke darajahon di | bulung ni sapuate (atau sada ate?) asa daparap ma dohot si | biyangsa panaluwan bunu ma musungku si anu." yang artinya kira-kira "Aku adalah Pangulubalang Si Bahir Bangke (roh yang dipelihara oleh datu untuk menghancurkan musuh) untuk dirajah pada daun Sapuate, yang bila digabung dengan Sibiangsa Panaluan (Sibiangsa Panaluan adalah sejenis pangulubalang yang sangat bahaya) akan membunuh musuhku."
Referensi detail mengenai pangulubalang terdapat di buku Johannes Winkler Die Toba Batak auf Sumatra in gesunden und kranken Tagen. Stuttgart 1925 serta Ph. L. Tobing, The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God, 1956. Mengenai Sibiangsa Panaluan lihat Petrus Voorhoeve A catalogue of the Batak manuscripts in the Chester Beatty Library. Dublin: Hodges Figgis & Co.Ltd. 1961.
Tokobukuberkualitas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar