PENDAHULUAN.
Berbicara
tentang adat batak adalah suatu hal yang sangat sensitif untuk diperbincangkan.
Hubungan keluarga bisa retak akibat pemahaman yang berbeda-beda tentang adat
batak. Bahkan ada anak yang menjauhkan
diri dari orang tua karena adat, demikian juga ada orang tua yang tidak
menerima keberadaan anak dan menantunya karena adat. Diantara orang batak selalu terjadi pro
kontra tentang adat batak. Kenapa? Karena masing-masing pihak memandang adat
batak itu dari dua sisi yang berbeda, bagi pihak yang pro adat batak mereka
melihat adat batak itu sebagai system sosial yang mengatur hubungan kekerabatan
ditengah-tengah masyarakat batak yang harus dipertahankan. Sedangkan pihak yang
kontra atau yang tidak menjalankan adat batak melihat adat batak itu sebagai
sesuatu yang tidak perlu untuk dipertahankan. Kenapa? Anda akan mengetahuinya
setelah membaca buku ini.
Oleh
sebab itu sangatlah penting untuk kita ketahui tentang adat batak itu, asal
usulnya, tujuannya dan manfaatnya dalam kehidupan kita. Setelah kita
mendapatkan penjelasan tentang hal tersebut maka kita bebas memilih apakah kita
mempertahankan adat batak itu atau menolaknya. Jangan ada diantara kita (para
pembaca) yang memaksakan kehendak kepada orang lain.
Tidak
sedikit orang tua yang mengharuskan anaknya agar menjalankan adat batak dalam
acara pernikahan, pada hal si anak memiliki pemahaman yang berbeda dengan orang
tua tentang adat batak (si anak tidak lagi menjalankan adat batak
“adat ataupun adat nagok”), jika si anak tidak mau maka orang tua tidak
akan merestui pernikahan mereka. Dan akhirnya si anak tetap melangsungkan
pernikahannya tanpa kehadiran salah satu atau kedua orang tua, si anak di cap
sebaga orang yang tidak menghargai orang tua, tidak menghormati orang tua,
bahkan melawan kepada orang tua. Apakah memang demikian? Tidak segampang itu
kita mencap si anak adalah orang yang tidak menghargai orang tua ataupun tidak
menghormati orang tua, perlu pengkajian yang mendalam. Jadi bagaimana
solusinya?
Ada
2 (dua) tindakan yang kita lakukan :
1. Silahkan masing-masing pihak memberikan
penjelasan pemahamannya tentang adat batak itu.
2. Jika tidak ada kesepahaman, mari kita
jalankan sesuai dengan pemahaman masing-masing, jangan memaksakan kehendak.
Jika hal ini dilakukan
maka kerukunan dalam keluarga akan tetap terjalin.
Siapakah
kita ini sehingga memaksakan kehendak kepada orang lain? Tuhan sendiri
memberikan kehendak bebas kepada manusia ciptaan-Nya untuk menerima atau
menolak Dia.
Sebelum kita masuk ke bab selanjutnya, ada 2 (dua)
pertanyaan yang ingin saya ajukan :
1. Kenapa
terjadi pemahaman yang berbeda-beda tentang adat batak itu ?
2. Kenapa
masing-masing agama atau aliran kepercayaan memiliki pemahaman yang berbeda
tentang Allah ?
Sebelum anda menjawab kedua pertanyaan
ini, silahkan anda simak baik-baik hal berikut :
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa,
maka gambar Allah yang ada dalam diri manusia itu rusak. Firman Tuhan berkata :
“Dimanakah engkau? (Kej. 3 : 9) Kenapa Tuhan bertanya “Dimanakah engkau?”
apakah Tuhan tidak tahu keberadaan Adam saat itu? Tentu Tuhan tahu, ini adalah
gambaran bahwa sejak manusia jatuh kedalam dosa “ada jarak antara manusia dan
Allah” manusia semakin lama-semakin jauh dari Tuhan dan sampai kepada titik
dimana manusia tidak dapat membedakan lagi apakah itu Tuhan atau bukan. Keadaan
ini dimanfaatkan Iblis ketika manusia mencoba mencari Allah, Iblis menyamar
sebagai malaikat terang dan mengarahkan manusia itu kepada allah (a huruf
kecil) yang seolah-olah sebagai Allah (A
huruf besar yaitu Tuhan yang sesungguhnya) padahal ilah-ilah, dewa-dewa. Seperti ilahnya orang di tanah Kanaan
yaitu ilahnya orang Amori, ilahnya orang Het, ilahnya orang Feris, ilahnya orang Hewi, dan ilahnya orang Yebus
adalah berhala. Alkitab mencatat dari berbagai suku bangsa mengenal dan
menyembah ilah atau tuhan lokal, bangsa Moab menyembah dewa Kamos [1 Raja-raja
11 ayat 7], Baal Peor [Bilangan 25 ayat 23]. Bangsa Amon menyembah dewa Milkom
dan dewa Molokh [1 Raja-raja 11 ayat 5], bangsa Filistin menyembah dewa Dagon
[Hakim-hakim 16 ayat 23]. Di Koy Sidon orang menyembah Asytoret [1 Raja-raja 11
ayat 5]. Bukan hanya di tanah Kanaan tetapi juga di seluruh bangsa-bangsa di
muka bumi ini masing-masing telah mengenal dan memuja ilah-ilah atau
tuhan-tuhan lokal. Kita bisa melihat dalam sejarah bangsa-bangsa yang allahnya
samar-samar, bangsa Atena memiliki banyak dewa-dewa dan kota ini penuh dengan
patung-patung berhala (Kis 17:16), Bangsa Inca, Bangsa Santal, Suku Bangsa
Gedeo di Etiopia, suku Mbaka di Republik Afrika Tengah, Bangsa Cina dan Bangsa
Korea, demikian halnya Bangso Batak (suku Batak), Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N)
adalah salah satu ilah lokal, berhala atau malaikat Iblis yang memperkenalkan
dirinya sebagai tuhan untuk menipu orang Batak.
Apakah ilah, dewa, Ompu Mulajadi
Nabolon yang dimaksud oleh berbagai bangsa-bangsa tersebut di atas adalah Allah yang sesungguhnya ? Allah yang
disembah oleh Abraham, Isak dan Yakob ? Allah yang kita kenal di dalam nama
Tuhan Yesus? Tidak.
Itulah tipuan maut si
Iblis yang selalu berusaha membelokkan Jalan Tuhan yang lurus (Kis 13 : 10).
Jadi
anda sudah paham dan sudah bisa menjawab kedua pertanyaan di atas?
BAB I
AGAMA SUKU BATAK
Agama adalah usaha manusia mencari
Tuhan, maka mulailah manusia mendesaign Tuhan di dalam pikirannya, manusia
terfokus pada “perbuatan” yang “disangkanya” akan membawa pada keselamatan,
ternyata ini adalah “kekeliruan” (Ef. 2
: 8-9).
Hal ini berbeda dengan kekristenan
dimana Tuhan menjumpai umat-Nya untuk memanggil mereka keluar dari gelap ke
terangNya yang ajaib untuk memberitakan perbuatanNya yang besar (1 Pet. 2 : 9).
Sebuah jejak pendapat global tahun 2012
melaporkan bahwa 59 % dari populasi dunia adalah beragama dan menurut
perkiriaan ada sekitar 4.200 agama dan aliran kepercayaan yang ada di dunia.
Dari
sekian banyak agama dan kepercayaan, di Indonesia ada Agama Islam, agama Kristen, Agama
Katolik, Agama Hindu, agama Budha, agama Kong Hu Cu, agama Suku Batak (Agama
Parmalim masih tetap menjalankan agama suku batak sampai saat ini.)
Masing-masing
agama memiliki kitab suci yang berbeda-beda. Agama Islam memiliki kitab suci
Alquran, Agama Kristen memiliki kitab suci Alkitab, Agama Hindu memiliki kitab
suci Weda, agama Budha memiliki kitab suci Tri Pitaka, agama Kong Hu Cu
memiliki kitab suci Si Shee Wu Cling, Agama Suku Batak memiliki kitab suci Pustaha
Tumbaga dan Buku Laklak.
Sebelum
ke Kristenan masuk ke tanah Batak, yang dibawa oleh Nomensen, leluhur orang
batak memiliki agama hasipelebeguon yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Agama Batak mengenal konsep dewa tertingggi yang diyakini sebagai Pencipta alam
semesta dan segala isinya, yang dipanggil dengan nama Debata Mulajadi Nabolon,
atau Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N).
Agama suku batak memiliki keyakinan
bahwa :
1)
Debata
Mulajadi Nabolon, adalah DEWA TERTINGGI yang dipercayai oleh Agama Batak yang
menciptakan langit, bumi dan segala isinya.
2)
Manusia
pertama yang diciptakannya, adalah DEBATA NATOLU, yaitu : Debata Batara Guru,
Debata Bala Sori, Debata Bula-bulan.
3)
Ketiganya
beristeri, masing-masing bernama : Sipareme, Siparorot, dan Sipanuturi.
4)
Selain
Dewa-Dewa dan Mulajadi Nabolon, ada lagi roh-roh, tondi sahala nenek moyang.
Agama Suku Batak mengajarkan bahwa ada 3 (tiga) oknum yang
harus disembah, antara lain :
1. Ompu Mulajadi Nabolon à Yang diyakini pencipta langit dan
bumi dan segala isinya.
2. Ompu Dewata Natolu à Batara Guru, Balasori dan Bala Bulan
(Natolu Suhu, tolu harajaon, yang
berkuasa atas langit, bumi dan manusia.)
3. Sahala ni Ompu Sijolo-jolo tubu, na
marsangap, namartuwa, na manjungjung hasaktian; sisaktihon Adat Patik/Uhum
dipinomparna).
Note :
Sahala mempunyai arti :
1.
Kharisma dan wibawa
2.
Daya khusus dari tondi (Jiwa).
3.
Roh suci yang bersumber dari O.M.N
yang diturunkan melalui Balabulan kepada
seseorang manusia yang terpilih.
4.
Gaib, halus dan tidak dapat ditangkap
oleh panca indera manusia dan tidak pula diketahui kapan masuk dan hinggap pada
diri manusia.
5.
Orang yang sudah meninggal dunia akan
menjadi sahala apabila selama hidupnya tergolong orang yang baik dan suci.
6.
Roh nya bisa dipanggil melalui
upacara agama (Agama sipelebegu).
Agama suku batak
meyakini bahwa : “Martondi namangolu, marbegu na mate”, artinya orang yang
hidup memiliki roh demikian juga orang yang sudah meninggal masih memiliki
wujud (hantu) ataupun yang disebut marsahala. Hingga sampai saat ini masih ada
orang batak yang meyakini hal itu, dengan cara pergi ke kuburan orang yang
sudah meninggal dan memberikan makanan, rokok yang ditempatkan di atas kuburan
dengan harapan agar begunya/hantunya memakannya.
BAB II
PENGERTIAN ADAT, JENIS ADAT DAN ADAT BATAK
A. ADAT, PENGERTIAN DAN MAKNANYA
Adat
adalah aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu
masyarakat. Adat ini dijadikan acuan untuk mengatur tata kehidupan suatu
masyarakat dan mengikat.
Adat
berasal dari kata Arab. Adat adalah hal yang berulang-ulang dilakukan, yang
secara teratur datang dan kembali, yang lazim, atau kebiasaan, yang telah biasa
dan dibiasakan,
a. Sebagai sedia kala
b. Sudah lazim
c. Berulang-ulang
Mengadatkan
sama dengan membiasakan. Membiasakan sama dengan mengadatkan. Membuat sesuatu
menjadi kebiasaan dalam pergaulan hidup, sama dengan menjadikannya adat.
Adat
merangkum semua aspek kehidupan, Agama dan Peradilan, Hubungan Keluarga,
Kehidupan dan Kematian.
Orang
yang mati pun tidak kehilangan adatnya. Orang mati ada hubungannya dengan orang
hidup. Ada persekutuan antara orang mati dan orang hidup dalam adat Nenek
Moyang Batak, sebagai tata tertib hidup anak cucu.
Banyak
bangsa yang memuja para leluhur mereka. Adat terhadap Bapa leluhur itu telah
ditetapkan oleh Dewa-dewa tertinggi suku bangsa itu. Menurut A. Schriber, adat
adalah Kebiasaan yang mengatur segenap kehidupan.
Semua suku bangsa di
manapun di dunia ini, tidak ada yang bebas dari adat.
B.
JENIS ADAT
Adat itu sendiri terbagi dalam 4
(empat) pokok bagian, yaitu :
1.
Adat yang sebenarnya Adat.
Adat yang sebenarnya Adat adalah aturan hukum yang mengatur
kehidupan manusia yang berasal dari penciptanya.
Hukum yang tidak dapat ditawar-tawar, memang demikian adanya
aturan tersebut dari Tuhan pencipta manusia yang tertuang dalam suatu ajaran
agama. Seperti agama Kristen “Adat yang sebenarnya Adat” tertuang dalam
Alkitab.
2.
Adat Yang Teradat
Adat Yang Teradat adalah aturan hukum atau kebiasaan yang
tercipta dengan sendirinya. Demikian halnya dengan sanksi dari Adat Yang
Teradat tersebut terjadi dengan sendirinya. Sebagai contoh : Orang yang
meminjam suatu barang kepada orang lain, maka hukumnya dia harus mengembalikan
pinjaman tersebut, sanksi yang tercipta dari peristiwa tersebut apabila orang
yang meminjam tidak mengembalikan adalah : orang yang meminjam tersebut tidak
akan dipercaya lagi.
3.
Adat Yang Diadatkan.
Adat Yang Diadatkan adalah norma-norma, hukum-hukum yang
menjadi kebiasaan kemudian disepakati dalam suatu permufakatan untuk dijadikan
acuan dan mengatur kehidupan masyarakat disuatu wilayah atau suatu Negara.
Contoh : Kehidupan masyarakat Batak, yang memiliki adat batak
yang menjadi norma-norma, hukum-hukum
yang menjadi kebiasaan kemudian disepakati untuk dilakukan yang menjadi
acuan dan mengatur kehidupan masyarakat batak.
Jadi “adat Batak” termasuk kategori “Adat Yang Diadatkan”.
Kalau “Adat Yang Sebenarnya Adat” menurut agama Kristen sumbernya adalah Alkitab, maka Adat
batak yang merupakan “Adat Yang Diadatkan” tentu ada sumbernya. Pertanyaannya,
darimanakah sumbernya? Siapakah inspirasinya? Apakah ompunta sijolo-jolo tubu?
Jika ia, siapa yang mengajarkan itu kepada ompunta sijolo-jolo tubu? Yang
kemudian diteruskan ke generasinya, sampai ke generasi sekarang? Tentu ada.
Siapakah itu? Saudara akan mendapatkan jawabannya setelah meneruskan membaca
buku ini.
4.
Adat Istiadat.
Adalah kebiasaan dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi norma yang
terus menerus dan berkembang.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Adat
istiadat adalah : “Tata kelakukan yang kekal dan turun temurun dari generasi
satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola
perilaku masyarakat.
C.
ADAT BATAK
Adat Batak adalah salah satu jenis dari adat seperti yang dijelaskan di
atas, yaitu termasuk “Adat yang
diadatkan”.
Upacara-upacara
di sepanjang lingkaran hidup manusia itu didalam istilah antropologis dikenal
dengan sebutan rites de passages atau
life cycle rites.
Beberapa jenis life cycle rites yang
dijumpai pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan nama : mangganje
(kehamilan), mangharoan (kelahiran), martutu aek dan mampe goar (pemandian dan
pemberian nama), marhajabuan (menikah), mangompoi jabu (memasuki rumah),
manulangi (menyulangi), hamatean (kematian), mangongkal holi (menggali tulang
belulang), dan lain-lain. Pada sub etnis Batak lainnya seperti Karo,
Simalungun, Mandailing, Angkola, dan Pakpak Dairi upacara tersebut memiliki
nama-nama yang berbeda.
Sejak dalam kandungan, kelahiran
sampai dengan kematian orang batak tidak terlepas dari acara adat.
BAB III
PRO KONTRA ADAT BATAK
Berbicara
tentang adat batak adalah suatu hal yang sangat menarik dan sensitif untuk
diperbincangkan. Diantara orang batak selalu terjadi pihak yang pro kontra
tentang adat batak. Kenapa? Karena masing-masing pihak memandang adat batak itu
dari dua sisi yang berbeda, bagi pihak yang pro adat batak mereka melihat adat
batak itu sebagai system sosial yang mengatur hubungan kekerabatan
ditengah-tengah masyarakat batak. Sedangkan pihak yang kontra atau yang tidak
menjalankan adat batak melihat adat batak itu sebagai sesuatu yang tidak perlu
di lakukan sebab selain mengatur hubungan kekerabatan ditengah-tengah masyarakat
batak, adat batak itu diyakini berasal dari O.M.N. Dan itulah yang kita soroti
dalam buku ini.
Adat
yang kita maksud dalam tulisan ini adalah adat batak yang terdapat pada
beberapa jenis life cycle rites tersebut di atas, yaitu : mangganje (kehamilan), mangharoan
(kelahiran), martutu aek dan mampe goar (pemandian dan pemberian nama),
marhajabuan (menikah), mangompoi jabu (memasuki rumah), manulangi (menyulangi),
hamatean (kematian), mangongkal holi (menggali tulang belulang), dan lain-lain.
Ini sangat penting kita pahami dulu, kenapa? Karena
pengertian adat itu sangat luas yaitu “mengatur segenap aspek kehidupan.”. (Lihat
juga BAB II ada 4 (emat) bagian adat ,
1. Adat Yang Sebenarnya Adat 2. Adat yang teradat 3. Adat yang diadatkan 4.
Adat Istiadat.)
Untuk
memahami maksud penulis dalam hal ini, saya berikan penjelasan sederhana
sebagai berikut : “Ketika saya mau masuk ke rumah seseorang terlebih dahulu
saya mengetok pintu tidak langsung menyelonong masuk, ini adalah adat (Adat
yang teradat). Ketika saya melewati kalayak ramai lalu permisi (marsantabi),
itu juga adat, ketika kita mengawinkan anak lalu di berkati di gereja kemudian dilanjutkan
dengan acara resepsi atau melangsungkan acara adat batak (Mambahen adat nagok),
ini juga adat. Saat pemberkatan di Gerejapun itu sebenarnya adat (Lihat defenisi adat).
Namun
paradigma kita tentang beradat dan tidak
beradat adalah ketika seseorang melakukan dan tidak melakukan salah satu atau
keseluruhan yang terdapat dalam life cycle rites tersebut di atas. Jika tidak dilakukan maka disebut tidak
beradat (dang maradat). Jika dilakukan baru dikatakan beradat (Paradat).
Saya
berikan contoh lagi, misalkan anda ketika melangsungkan pernikahan, ketika anda
hanya pemberkatan di gereja dilanjutkan dengan pesta resepsi maka anda
dikatakan tidak beradat (dang maradat) artinya anda diharuskan suatu saat untuk melakukan pesta adat batak
lagi yang disebut dalam istilah “Manggarar adat”. Ketika itu dilakukan barulah
dikatakan sah pernikahan anda menurut adat batak. Dan anda disebut paradat. Walaupun anda melangsungkan adat nagok namun
dalam perjalanan pernikahan anda, sikap
anda terhadap istri kasar, anda tidak sopan dengan lae, mertua, pertanyaan saya
sederhana “Apakah anda beradat ?” Maaf saya mengatakan anda tidak beradat.
Mari
kita rubah paradigma kita tentang beradat
dan tidak beradat.
Adat
batak itu adalah salah satu bagian dari adat itu sendiri dan masuk kategori ke 3
yaitu : “Adat Yang Diadatkan”.
Tolong
disimak baik-baik :
“Orang
yang menjalankan dan tidak menjalankan adat batak belum tentu orang yang beradat”.
Oleh karena itu yang
menjalankan adat batak dan yang tidak menjalankan adat batak janganlah saling
bermusuhan. Sesama orang batak jangan saling menghujat satu dengan yang lain. Hubungan
orang tua dengan anak bisa renggang gara-gara adat batak, hubungan yang
bersaudara kandung juga bisa renggang gara-gara adat batak, dengan namboru,
nantulang tidak saling teguran gara-gara adat batak, yang satu menjalankan adat
batak yang lain tidak menjalankan adat batak. Came on!! Jangan lanjutkan
pertengkaran ini, mari kita saling menghargai pilihan masing-masing sesama
orang batak, jika ada keluarga, teman atau sesama orang batak yang tidak
menjalankan adat batak hargai dong, itu pilihan mereka sesuai dengan
pemahamannya! Demikian selanjutnya jika ada yang masih menjalankan adat batak
tetap kita hargai karena itu pilihan masing-masing sesuai dengan pemahaman
masing-masing.
Di
dunia maya di group jaringan social seperti Face Book (group Adat dohot Agama
(Khusus Kristen)) sering terjadi pembahasan yang pro dan kontra tentang adat
batak. Yang masih menjalankan adat batak mengatakan kepada yang tidak
menjalankan adat batak, “Jika kalian tidak menjalankan adat batak, jangan pakai
margamu, keluarlah dari orang batak jangan jadi orang batak lagi”. Saya bingung
darimana sumber pemahaman ini? Jadi orang batak yang masih menjalankan adat
batak, jangan paksa orang batak lainnya harus sepaham dengan anda untuk tetap
menjalankan adat batak. Demikian sebaliknya orang batak yang sudah tidak
menjalankan adat batak tidak boleh memaksakan orang batak lainnya untuk sepaham
dengan kita untuk tidak menjalankan adat batak. Ingat : “Tuhan Yesus sendiri
tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada manusia ciptaanNya”. Masakan kita manusia sebagai ciptaan merasa
lebih hebat dari pencipta dengan memaksakan kehendak/pemahaman kita kepada
orang lain? Bertobatlah!!!
Saran
saya : mari kita perdalam pemahaman kita
tentang apa yang kita yakini untuk kita lakukan. Contohnya : Jika saudara orang
batak dan beragama Kristen tetapi masih mempertahankan adat batak perdalamlah pengetahuan
anda tentang adat batak itu, jangan saudara menjalankan adat batak itu karena
ikut-ikutan, karena terpaksa atau karena tidak siap untuk kehilangan komunitas,
tetapi haruslah dilandasi kebenaran yang
saudara yakini benar. Baca buku-buku yang menjelaskan tentang apa itu adat
batak, Asal usul adat batak, tokoh-tokoh
batak yang melestarikan adat batak. Namun jangan lupa karena saudara sudah
menjadi Kristen atau pengikut Yesus tetaplah baca Alkitab sampai anda dapat
memahami apa kata Alkitab tentang adat batak itu?
Jika saudara orang
yang tidak menjalankan adat batak, juga saya sarankan perdalamlah pengetahuan anda
dengan membaca banyak buku dari berbagai referensi terlebih alkitab yang
mendasari kenapa anda tidak lagi menjalankan adat batak itu.
Dalam bab selanjutnya penulis akan
menjelaskan Asal Usul Kitab Agama suku Batak yang merupakan sumber adat batak
sesuai dengan refrensi yang penulis temukan dari sebuah buku yang ditulis oleh
seorang tokoh besar agama batak, dia
adalah mantan Penginjil ke Simalungun dan Tanah Karo yang bernama Raja Patik
Tampubolon.
BAB IV
KITAB AGAMA SUKU BATAK
Orang Batak memiliki 2
kitab, yaitu 1. Pustaha Tumbaga dan 2. Buku Laklak
Ada 2 (dua) versi cerita tentang keberadaan ke dua kitab
tersebut di atas,
Versi 1 (Dalam sebuah
turi-turian) :
Manusia
pertama Si Boru Deak Parujar dengan suaminya tuan Ruma Gorga memiliki sepasang
anak kembar. Ketika itu hubungan manusia dengan para dewa harmonis dimana
mereka sering berjumpa secara langsung di puncak gunung Pusuk Buhit. Kedua anak
tersebut melakukan hubungan sumbang sehingga para dewa marah. Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N) kemudian membawa
kedua orang tua anak tersebut ke langit. Salah satu dewa, yaitu Debata Asi-asi
diperintahkan oleh O.M.N menemani kedua anak kembar itu.
Karena
merasa kasihan, Debata Asi-asi meminta supaya O.M.N tetap membimbing kedua anak
manusia tersebut. O.M.N memberikan adat sebagai pembimbing mereka dengan cara
mamemehon [menyuapkan] adat ke mulut keduanya.
Setelah
itu para dewa menjauh dan tidak mau berhubungan langsung dengan manusia. Supaya
tetap mendapat perkenanan O.M.N, kedua anak kembar tersebut serta keturunannya
harus memelihara adat yang diberikan oleh O.M.N.
Versi 2 (Ditulis oleh
Raja Patik Tampubolon) :
Ketika
Si Raja Batak menjadi tua, dipanggilnyalah kedua puteranya, supaya mereka
menyiapkan baginya jamuan perpisahan. Segala sesuatu yang ia punya telah ia
serahkan kepada mereka: kekuatan, pertumbuhan, harta kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, pengetahuan, pendidikan dan kebijaksanaan. Putra-putranya menjawab
bahwa itu semuanya benar, tetapi ada sesuatu yang belum diberikannya kepada
mereka, dan ia harus berpikir-pikir tentang itu. Ia tidak berhasil. Oleh sebab
itu, ia beserta kedua puteranya naik ke gunung Pusuk Buhit membawa korban
persembahan setia kepada O.M.N untuk menanyakan kepadanya, apa yang diminta
oleh puteranya tersebut. Ia memanjatkan doa yang panjang, sesudah itu O.M.N
memberikan kepadanya dua kitab, yakni Pustaha Laklak, [kitab kulit] dan Pustaha
Tumbaga [kitab tembaga], yang berisikan tentang hadatuon dan habatahon [adat
Batak].
Setelah
Siraja Batak menerima kedua kitab tesebut dari O.M.N., diberikannyalah kepada
kedua anaknya; Pustaha Laklak diberikan ke R. Ilontungon, Pustaha Tumbaga
diberikan ke R. Isumbaon. Kedua kitab tersebut tidak langsung dibuka atau
diselidiki mereka namun disimpan. (Disimpan-simpan nasida diuras dohot
dipasiup-siup).
Baru
setelah generasinya Martua Radjadoli
dari keturnan R. Ilontungon dan generasi T. Sorimangaradaja keturunan R.
Isumbaon, baru dibuka dan diselidiki isi
kitab tersebut.
Pengilhaman
oleh roh sembahan leluhur dinyatakan secara implisit dalam istilah mamemehon
(disuapkan). Jadi terlihat bahwa upacara adat Batak bukan merupakan hasil
pemikiran dari leluhur semata tetapi merupakan konsep, ide, paradigma yang
ditransferkan ke pikiran leluhur oleh roh sembahannya. Hal ini kemudian
diajarkan secara lisan kepada keturunannya. Pemahaman yang diilhamkan inilah
yang harus dilakukan terus menerus agar keturunannya mendapat berkat dari
Debata Mulajadi Nabolon. Pantun yang berbunyi : “Tuatma nan dolok martungkot
sialagundi, napinungka ni ompunta sijolo-jolo tubu diihutton naparpudi” yang
selalu mengingatkan orang Batak supaya tetap melaksanakan segala ketentuan adat
dari leluhur. Apakah orang Batak pernah bertanya apa yang sudah dibuka dan
dimulai oleh para leluhur, apa yang mengilhami mereka dan kenapa orang Batak
harus patuh kepada apa yang sudah dilakukan leluhur yang adalah penyembah
berhala!? Bukankah kita seharusnya mematuhi kebenaran Injil yang disabdakan
YESUS, bahwa hanya Dia-lah jalan, kebenaran dan hidup? [Baca Yohanes 14:6 dan
Yohanes 6:63]. Dengan perkataan lain, yang berasal dari Tuhan YESUS sajalah
yang dipatuhi, yang bukan berasal dari Tuhan YESUS harus ditolak!
Kita
harus menyadari bahwa selain Tuhan, Iblis juga dapat memasukkan berbagai
gagasan pikirannya ke hati dan pikiran manusia. Alkitab memberikan contoh yaitu
ketika Petrus menegor YESUS berkaitan dengan pernyataan-Nya tentang rencana
penyaliban, dan kemudian Petrus dimarahi YESUS. Pernyataan Petrus ini didorong
oleh kehadiran Iblis yang kemudian menyuntikkan pikirannya ke dalam pikiran
Petrus, yang tercetus pada ucapannya. Reaksi YESUS adalah:
Maka
berpalinglah YESUS dan sambil memandang murid-muridNya Ia memarahi Petrus,
kataNya : Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan manusia.[Markus 8 ayat 33]. Contoh lain,
ketika Iblis memasukkan gagasannya ke dalam pikiran Daud untuk melakukan sensus
penduduk, seperti tertulis pada 1 Tawarikh 21 ayat 1, 7; [1] Iblis bangkit
melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. [7]
Tetapi hal itu jahat di mata Tuhan, sebab itu dihajarNya orang Israel.
Bimbingan
langsung Iblis secara gaib di dalam hati manusia pada saat ini, juga dapat kita
lihat di dalam aktifitas para dukun di dalam memeriksa, menemukan penyakit dan
mengobati para pasiennya.
Seperti
halnya agama-agama lain yang menjalankan ajarannya/kepercayaannya sesuai dengan
apa yang terdapat dalam kitabnya masing-masing, demikianlah “Sebaiknya
anda tahu” bahwa agama suku batak juga melakukan apa yang
diajarkan/yang tertulis didalam kitab “”Tumbaga Holing” dan “Buku Laklak.” Isi
dari Buku Tumbaga Holing adalah “Adat-Patik dohot Uhum” yang jika kita selidiki
dengan teliti dari sinilah sumber adat batak itu, jadi Kitab Tumbaga Holing itu
adalah dasar atau ojahan ni adat Batak (Habatahon), naung jadi sibuk dohot
mudar ni halak Batak sian sidjolo-djolo tubu (yang sudah mendarah daging bagi
orang batak dari nenek moyang) sampai sekarang ini.
Isi
dari Buku Laklak adalah tentang hadatuon, parhalaan (Kesaktian). Sampai saat ini masih ada orang batak yang memilki
kesaktian, menjadi dukun ada yang pergi ke Pusuk Buhit untuk mendapatkan berkat
dan kekuatan.
Bentuk
Kitab Pustaha Tumbaga berupa buku yang dapat dipanjangkan terbuat dari kulit
kayu Raja Tualang yang besar dan Logam
Tembaga yang di ukir dengan goresan ujung pisau.
Timbul
pertanyaan tentang kebenaran dan keberadaan ke dua kitab tersebut, Apakah masih
ada? Penulis mencoba mencari tahu jawabannya dengan mencari dari berbagai
sumber, ada yang mangatakan buku tersebut tenggelam di danau Silalahi ada juga
yang mengatakan dibawah ke Jerman.
Terlepas dari pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaran
dan keberadaan kitab tersebut, Raja Patik Tampubolon seorang tokoh besar agama batak, dia berusaha untuk
mencari tahu dari berbagai sumber tentang isi dari kedua buku tersebut. Dia bertanya pada Raja, orang yang lebih tua, Tunggane ni
Bangsa, Houm, Marga Batak di desa na ualu yang mengetahui tentang kitab
tersebut. Dibutuhkan waktu lebih dari 40 tahun dan akhirnya Raja Patik
Tampubolon menuliskan buku “PUSTAHA TUMBAGA HOLDING”, 482 halaman Stensil, dan diterbitkan oleh
Pdt. PAUL PEDERSON Pdt. Mahasiswa pada tahun 1964.
Pustaha
inilah sebagai Kitab Agama Golongan Si Raja Batak yang dipimpin oleh Raja Patik
Tampubolon. PUSTAHA itu terdiri dari LIMA BUKU :
1) TURI-TURIAN TARINGOT TU ADAT TAROMBO
(102 hal)
2) TURI-TURIAN TAROMBO SEJARAH BATAK
SIAN SISINGAMANGARAJA BATAK SAHAT TU NUAENG (156 Hal).
3) TORSA NI ADAT BATAK, PATIK DOHOT UHUM
(118 hal)
4) PUSTAHA PARHALAAN, RAKSA NI HADATUON
TARINGOT TU PARHALAAN (63 hal).
5) SURAT BATAK (32 hal).
Riwayat singkat Raja
Patik Tampubolon :
Raja Patik Tampubolon adalah mantan Penginjil
ke Simalungun dan Tanah Karo. Kemudian menjadi pegawai di Kantor Pemerintah
Deli Serdang. Kemudian menjadi seorang nasionalis. Dia lahir pada tahun 1882.
Dalam diri Tampubolon telah timbul semangat untuk mempertahankan HABATAHON
dalam HAKRISTENON. Pada tahun 1910 dia berhenti dari Penginjilan dan beralih
kerja sebagai juru bahasa di Deli Serdang. Akhirnya dia bertindak sebagai Raja
Patik dan menuliskan buku PUSTAHA TUMBAGA HOLING, sebagai Taurat dari ADAT
HABATAHON. Gelar Raja Patik itu disandangnya pada tahun 1922. Kemudian dia
menjadi Pengusaha Perseroan Bank di Balige dan mendirikan sebuah Hotel di
Siantar. Namun dia lebih menyibukkan diri dengan ADAT BATAK dan PERSEKUTUAN
ADAT BATAK.
·
Pada
tahun 1938-1942 Tampubolon menerbitkan mingguan PARTUNGKOAN, yang membuat dia
menjadi sangat terkenal. Dia membuktikan diri pada Persekutuan GOLONGAN SI RAJA
BATAK. Golongan ini bertumbuh sampai tahun 1951.
·
GOLONGAN
SI RAJA BATAK berdasarkan KESAKTIAN. Dia membentuk persekutuan BIUS, yang
sangat ditentang ZENDING. Dia menerbitkan PUSTAHA TUMBAGA HOLDING, 482 halaman Stensil, dan diterbitkan oleh
Pdt. PAUL PEDERSON Pdt. Mahasiswa.
Saya berharap sampai
disini para pembaca bisa mengerti dan memahami bahwa sesungguhnya sumber adat
batak itu adalah O.M.N.
JADI SIAPAKAH
SESUNGGUHNYA INSPIRASI/SUMBER ADAT BATAK ITU?
Jawabnya adalah O.M.N.
Siapakah O.M.N. itu ?
Mari kita lihat di bab selanjutnya.
BAB V
SIAPAKAH OMPU MULAJADI NABOLON ITU?
Didalam
buku yang berjudul “Pustaha Tumbaga Holing” yang diterbitkan pada tahun 1964,
penulis : Radja Patik Tampubolon Baringbing, Halaman 13 Bindu 4 mengatakan :
“Ompunta Muladjadi
Nabolon”; na so marmula2, na ro sian sisomarmula, na so marudjung; ibana do
mulana [naso marbona] djala ibana dohot
na manjadihon. Manompa langit dohot tano dohot aek dohot sude nasa isina.
Artinya
O.M.N adalah yang awal dan yang akhir. Dia yang menciptakan langit, tanah, laut
dan semua isinya.
Di dalam sistem
religi/agama/kepercayaan Batak Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta alam
semesta dan segala isinya.
Manusia
pertama atau leluhur orang Batak, si Raja Batak yang dipercayai tinggal di
dolok Pusuk Buhit adalah keturunan Debata Mulajadi Nabolon. Kepercayaan ini
menyangkali penciptaan manusia pertama di taman Eden juga memutuskan asal-usul
orang Batak (sesungguhnya bermula dari Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan
dari debu tanah). Iblis telah menipu orang Batak dengan menyatakan diri sebagai
asal mula atau pencipta manusia sehingga manusia (orang Batak) harus menyembah,
memuja, dan menuruti setiap perintah/larangan Debata Mulajadi Nabolon seperti
yang tertuang dalam adat istiadat orang batak.
Dari
sistem agama Batak, Debata Mulajadi Nabolon adalah nama sembahan. Roma 1 ayat
23 mencatat bahwa manusia telah menggantikan kemuliaan Tuhan yang tidak fana
dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana. Debata Mulajadi Nabolon
digambarkan sebagai sosok tertinggi dari segala yang ada, sehingga dia harus
dihormati, disembah, dibujuk supaya jangan marah dengan memberikan “pelean
parjambaran”. Hal ini dapat kita saksikan dalam praktek adat batak pada pesta adat perkawinan, sebelum Hula-hula
memberikan pasu-pasu (berkat) kepada pengantin ataupun pihak parboru, maka
dilaksanakan dulu pembagian pelean (parjambaran) dan itu tidak boleh salah
sesuai dengan aturan yang sudah tertera dalam adat, tidak boleh dibalik artinya
memberkati pengantin atau parboru dulu baru pembagian parjambaran.
Nama-nama Para Pelayan O.M.N :
Nama-nama para
Pelayan O.M.N menurut buku “Pustaha
Tumbaga Holing” yang bertempat tinggal di “banua ginjang” (terjemahan bebas
“sorga”) :
1.
Sileang2 mandi, untung2 nabolon,
suruan-porhalado di Muladjadi Nabolon.
2.
Borong2 badar, Lampu2 Nabolon, Parhalado na
Singal di Muladjadi Nabolon
3.
Siradja Indo2, Siradja Indopati, Na hinsa
suruon, djala na girgir mangalapi.
4.
Tuan Sorimandjudjung, Tuan Dihurmadjati
Sipatolhas-tolhas tona tu Ompunta Muladjadi, Dipatolhas tintin pidjor tintin
sipadjadi2
5.
Siradja Inggotpaung, dohot Siradja Asiasi, Suruan panorusi tu Ompunta
Muladjadi
6.
Ompuradja Hatorusan, hatorusan ni somba,
hatorusan ni tona.
7.
Ompuradja Hasahatan, hasahatan ni hata,
hasahatan ni somba.
BAGAIMANA O.M.N menciptakan Manusia ?
O.M.N memiliki “Manuk-manuk Hulambudjati” yang memiliki 3 induk telor.
Suatu ketika Manuk-manuk Hulambudjati
kaget ketika melihat ketiga induk telor tersebut ternyata ukurannya sangat
besar. Akhirnya Manuk-manuk Hulambudjati menitipkan pesan kepada O.M.N. melalui
Sileang-leang mandi, Untung-untung nabolon Mau diapakan ketiga induk telor
tersebut? Bagaimana cara mengeraminya? Ukurannya terlalu besar.
Sileang-leang
Mandi – Untung-untung Nabolon menyampaikan pesan tersebut kepada O.M.N.
Pendek ceritra sesuai dengan arahan
dan instruksi dari O.M.N. terciptalah 3 (tiga) manusia pertama laki-laki yang diberi nama : 1. Batara Guru 2. Bala
Sori 3. Bala Bulan.
Kemudian diciptakannyalah 3
perempuan yang menjadi pasangan ketiga putra tersebut yang bernama 1. Siboru Parmeme 2. Siboru Parorot 3. Siboru Panuturi.
(Jika anda ingin
mengetahui lebih lengkap bagaimana caranya O.M.N. menciptakan manusia, silahkan
baca di E-book “Pustaha Tumbaga Holing” Buku 1)
Asal Usul Keluarga :
O.M.N secara langsung memberkati pernikahan antara :
1. Batara Guru
menikah dengan Siboru Parmeme
2. Bala Sori menikah
dengan Siboru Parorot
3. Bala Bulan menikah
dengan Siboru Panuturi
Inilah asal mula
terbentuknya sebuah keluarga (Pardongan saripeon) dan dalam acara inilah O.M.N
memberikan Adat Patik/Uhum sebagai aturan bagi keluarga baru yaitu (dalam
bahasa batak) :
1.
Suhu dohot harajaon
sabutuha
2.
Suhu dohot harajaon
boru
3.
Suhu dohot harajaon
Hula-hula.
Na dos jala na rap
manean di Adat Patik/Uhum songon dalihan
na tolu.
(Sumber : “Pustaha Tumbaga
Holing” Buku 1, Bindu 6 hal 16)
Dari kutipan ini
sangat jelas bahwa sumber adat batak “Dalihan na Tolu” itu adalah O.M.N.
Bersambung ………………..
Untuk mendapatkan E-book lengkap, silahkan sms kami di 081210187786.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar