Minggu, 07 Juni 2015

Sebaiknya Anda Tahu Tentang Adat Batak



PENDAHULUAN.

Berbicara tentang adat batak adalah suatu hal yang sangat sensitif untuk diperbincangkan. Hubungan keluarga bisa retak akibat pemahaman yang berbeda-beda tentang adat batak. Bahkan ada anak yang menjauhkan  diri dari orang tua karena adat, demikian juga ada orang tua yang tidak menerima keberadaan anak dan menantunya karena adat.  Diantara orang batak selalu terjadi pro kontra tentang adat batak. Kenapa? Karena masing-masing pihak memandang adat batak itu dari dua sisi yang berbeda, bagi pihak yang pro adat batak mereka melihat adat batak itu sebagai system sosial yang mengatur hubungan kekerabatan ditengah-tengah masyarakat batak yang harus dipertahankan. Sedangkan pihak yang kontra atau yang tidak menjalankan adat batak melihat adat batak itu sebagai sesuatu yang tidak perlu untuk dipertahankan. Kenapa? Anda akan mengetahuinya setelah membaca buku ini.
Oleh sebab itu sangatlah penting untuk kita ketahui tentang adat batak itu, asal usulnya, tujuannya dan manfaatnya dalam kehidupan kita. Setelah kita mendapatkan penjelasan tentang hal tersebut maka kita bebas memilih apakah kita mempertahankan adat batak itu atau menolaknya. Jangan ada diantara kita (para pembaca) yang memaksakan kehendak kepada orang lain. 

Tidak sedikit orang tua yang mengharuskan anaknya agar menjalankan adat batak dalam acara pernikahan, pada hal si anak memiliki pemahaman yang berbeda dengan orang tua tentang adat batak (si anak tidak lagi menjalankan adat batak “adat ataupun adat nagok”), jika si anak tidak mau maka orang tua tidak akan merestui pernikahan mereka. Dan akhirnya si anak tetap melangsungkan pernikahannya tanpa kehadiran salah satu atau kedua orang tua, si anak di cap sebaga orang yang tidak menghargai orang tua, tidak menghormati orang tua, bahkan melawan kepada orang tua. Apakah memang demikian? Tidak segampang itu kita mencap si anak adalah orang yang tidak menghargai orang tua ataupun tidak menghormati orang tua, perlu pengkajian yang mendalam. Jadi bagaimana solusinya?
Ada 2 (dua) tindakan yang kita lakukan :
1.      Silahkan masing-masing pihak memberikan penjelasan pemahamannya tentang adat batak itu.
2.      Jika tidak ada kesepahaman, mari kita jalankan sesuai dengan pemahaman masing-masing, jangan memaksakan kehendak.

Jika hal ini dilakukan maka kerukunan dalam keluarga akan tetap terjalin.

Siapakah kita ini sehingga memaksakan kehendak kepada orang lain? Tuhan sendiri memberikan kehendak bebas kepada manusia ciptaan-Nya untuk menerima atau menolak Dia.
 

Sebelum kita masuk ke bab selanjutnya, ada 2 (dua) pertanyaan yang ingin saya ajukan :
1.      Kenapa terjadi pemahaman yang berbeda-beda tentang adat batak itu ?
2.      Kenapa masing-masing agama atau aliran kepercayaan memiliki pemahaman yang berbeda tentang Allah ?
Sebelum anda menjawab kedua pertanyaan ini, silahkan anda simak baik-baik hal berikut :
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka gambar Allah yang ada dalam diri manusia itu rusak. Firman Tuhan berkata : “Dimanakah engkau? (Kej. 3 : 9) Kenapa Tuhan bertanya “Dimanakah engkau?” apakah Tuhan tidak tahu keberadaan Adam saat itu? Tentu Tuhan tahu, ini adalah gambaran bahwa sejak manusia jatuh kedalam dosa “ada jarak antara manusia dan Allah” manusia semakin lama-semakin jauh dari Tuhan dan sampai kepada titik dimana manusia tidak dapat membedakan lagi apakah itu Tuhan atau bukan. Keadaan ini dimanfaatkan Iblis ketika manusia mencoba mencari Allah, Iblis menyamar sebagai malaikat terang dan mengarahkan manusia itu kepada allah (a huruf kecil) yang  seolah-olah sebagai Allah (A huruf besar yaitu Tuhan yang sesungguhnya) padahal ilah-ilah, dewa-dewa. Seperti ilahnya orang di tanah Kanaan yaitu ilahnya orang Amori, ilahnya orang Het, ilahnya orang Feris,  ilahnya orang Hewi, dan ilahnya orang Yebus adalah berhala. Alkitab mencatat dari berbagai suku bangsa mengenal dan menyembah ilah atau tuhan lokal, bangsa Moab menyembah dewa Kamos [1 Raja-raja 11 ayat 7], Baal Peor [Bilangan 25 ayat 23]. Bangsa Amon menyembah dewa Milkom dan dewa Molokh [1 Raja-raja 11 ayat 5], bangsa Filistin menyembah dewa Dagon [Hakim-hakim 16 ayat 23]. Di Koy Sidon orang menyembah Asytoret [1 Raja-raja 11 ayat 5]. Bukan hanya di tanah Kanaan tetapi juga di seluruh bangsa-bangsa di muka bumi ini masing-masing telah mengenal dan memuja ilah-ilah atau tuhan-tuhan lokal. Kita bisa melihat dalam sejarah bangsa-bangsa yang allahnya samar-samar, bangsa Atena memiliki banyak dewa-dewa dan kota ini penuh dengan patung-patung berhala (Kis 17:16), Bangsa Inca, Bangsa Santal, Suku Bangsa Gedeo di Etiopia, suku Mbaka di Republik Afrika Tengah, Bangsa Cina dan Bangsa Korea, demikian halnya Bangso Batak (suku Batak), Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N) adalah salah satu ilah lokal, berhala atau malaikat Iblis yang memperkenalkan dirinya sebagai tuhan untuk menipu orang Batak.
            Apakah ilah, dewa, Ompu Mulajadi Nabolon yang dimaksud oleh berbagai bangsa-bangsa tersebut di atas  adalah Allah yang sesungguhnya ? Allah yang disembah oleh Abraham, Isak dan Yakob ? Allah yang kita kenal di dalam nama Tuhan Yesus?  Tidak.
Itulah tipuan maut si Iblis yang selalu berusaha membelokkan Jalan Tuhan yang lurus (Kis 13 : 10).
Jadi anda sudah paham dan sudah bisa menjawab kedua pertanyaan di atas?


BAB I
AGAMA SUKU BATAK
Agama adalah usaha manusia mencari Tuhan, maka mulailah manusia mendesaign Tuhan di dalam pikirannya, manusia terfokus pada “perbuatan” yang “disangkanya” akan membawa pada keselamatan, ternyata ini adalah “kekeliruan”  (Ef. 2 : 8-9).
Hal ini berbeda dengan kekristenan dimana Tuhan menjumpai umat-Nya untuk memanggil mereka keluar dari gelap ke terangNya yang ajaib untuk memberitakan perbuatanNya yang besar (1 Pet. 2 : 9).
Sebuah jejak pendapat global tahun 2012 melaporkan bahwa 59 % dari populasi dunia adalah beragama dan menurut perkiriaan ada sekitar 4.200 agama dan aliran kepercayaan yang ada di dunia.
Dari sekian banyak agama dan kepercayaan, di  Indonesia ada Agama Islam, agama Kristen, Agama Katolik, Agama Hindu, agama Budha, agama Kong Hu Cu, agama Suku Batak (Agama Parmalim masih tetap menjalankan agama suku batak sampai saat ini.)
Masing-masing agama memiliki kitab suci yang berbeda-beda. Agama Islam memiliki kitab suci Alquran, Agama Kristen memiliki kitab suci Alkitab, Agama Hindu memiliki kitab suci Weda, agama Budha memiliki kitab suci Tri Pitaka, agama Kong Hu Cu memiliki kitab suci Si Shee Wu Cling, Agama Suku Batak memiliki kitab suci Pustaha Tumbaga dan Buku Laklak.
Sebelum ke Kristenan masuk ke tanah Batak, yang dibawa oleh Nomensen, leluhur orang batak memiliki agama hasipelebeguon yang mengatur seluruh aspek kehidupannya. Agama Batak mengenal konsep dewa tertingggi yang diyakini sebagai Pencipta alam semesta dan segala isinya, yang dipanggil dengan nama Debata Mulajadi Nabolon, atau Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N).

Agama suku batak memiliki keyakinan bahwa :

1)            Debata Mulajadi Nabolon, adalah DEWA TERTINGGI yang dipercayai oleh Agama Batak yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya.
2)            Manusia pertama yang diciptakannya, adalah DEBATA NATOLU, yaitu : Debata Batara Guru, Debata Bala Sori, Debata Bula-bulan.
3)            Ketiganya beristeri, masing-masing bernama : Sipareme, Siparorot, dan Sipanuturi.
4)            Selain Dewa-Dewa dan Mulajadi Nabolon, ada lagi roh-roh, tondi sahala nenek moyang.

Agama Suku Batak  mengajarkan bahwa ada 3 (tiga) oknum yang harus disembah, antara lain :
1.      Ompu Mulajadi Nabolon à Yang diyakini pencipta langit dan bumi dan segala isinya.
2.      Ompu Dewata Natolu à Batara Guru, Balasori dan Bala Bulan  (Natolu Suhu, tolu harajaon, yang berkuasa atas langit, bumi dan manusia.)
3.      Sahala ni Ompu Sijolo-jolo tubu, na marsangap, namartuwa, na manjungjung hasaktian; sisaktihon Adat Patik/Uhum dipinomparna).
Note :
Sahala mempunyai arti :
1.      Kharisma dan wibawa
2.      Daya khusus dari tondi (Jiwa).
3.      Roh suci yang bersumber dari O.M.N yang diturunkan melalui  Balabulan kepada seseorang manusia yang terpilih.
4.      Gaib, halus dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan tidak pula diketahui kapan masuk dan hinggap pada diri manusia.
5.      Orang yang sudah meninggal dunia akan menjadi sahala apabila selama hidupnya tergolong orang yang baik dan suci.
6.      Roh nya bisa dipanggil melalui upacara agama (Agama sipelebegu).

Agama suku batak meyakini bahwa : “Martondi namangolu, marbegu na mate”, artinya orang yang hidup memiliki roh demikian juga orang yang sudah meninggal masih memiliki wujud (hantu) ataupun yang disebut marsahala. Hingga sampai saat ini masih ada orang batak yang meyakini hal itu, dengan cara pergi ke kuburan orang yang sudah meninggal dan memberikan makanan, rokok yang ditempatkan di atas kuburan dengan harapan agar begunya/hantunya memakannya.

BAB II
PENGERTIAN ADAT, JENIS ADAT  DAN ADAT BATAK
A.     ADAT, PENGERTIAN DAN MAKNANYA
Adat adalah aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan untuk mengatur tata kehidupan suatu masyarakat dan mengikat.
Adat berasal dari kata Arab. Adat adalah hal yang berulang-ulang dilakukan, yang secara teratur datang dan kembali, yang lazim, atau kebiasaan, yang telah biasa dan dibiasakan,
a.      Sebagai sedia kala
b.      Sudah lazim
c.       Berulang-ulang
Mengadatkan sama dengan membiasakan. Membiasakan sama dengan mengadatkan. Membuat sesuatu menjadi kebiasaan dalam pergaulan hidup, sama dengan menjadikannya adat.
Adat merangkum semua aspek kehidupan, Agama dan Peradilan, Hubungan Keluarga, Kehidupan dan Kematian.
Orang yang mati pun tidak kehilangan adatnya. Orang mati ada hubungannya dengan orang hidup. Ada persekutuan antara orang mati dan orang hidup dalam adat Nenek Moyang Batak, sebagai tata tertib hidup anak cucu.
Banyak bangsa yang memuja para leluhur mereka. Adat terhadap Bapa leluhur itu telah ditetapkan oleh Dewa-dewa tertinggi suku bangsa itu. Menurut A. Schriber, adat adalah Kebiasaan yang mengatur segenap kehidupan.
Semua suku bangsa di manapun di dunia ini, tidak ada yang bebas dari adat.

B.      JENIS ADAT
Adat itu sendiri terbagi dalam 4 (empat) pokok bagian, yaitu :
1.      Adat yang sebenarnya Adat.
Adat yang sebenarnya Adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia yang berasal dari penciptanya.
Hukum yang tidak dapat ditawar-tawar, memang demikian adanya aturan tersebut dari Tuhan pencipta manusia yang tertuang dalam suatu ajaran agama. Seperti agama Kristen “Adat yang sebenarnya Adat” tertuang dalam Alkitab.

2.      Adat Yang Teradat
Adat Yang Teradat adalah aturan hukum atau kebiasaan yang tercipta dengan sendirinya. Demikian halnya dengan sanksi dari Adat Yang Teradat tersebut terjadi dengan sendirinya. Sebagai contoh : Orang yang meminjam suatu barang kepada orang lain, maka hukumnya dia harus mengembalikan pinjaman tersebut, sanksi yang tercipta dari peristiwa tersebut apabila orang yang meminjam tidak mengembalikan adalah : orang yang meminjam tersebut tidak akan dipercaya lagi.

3.      Adat Yang Diadatkan.
Adat Yang Diadatkan adalah norma-norma, hukum-hukum yang menjadi kebiasaan kemudian disepakati dalam suatu permufakatan untuk dijadikan acuan dan mengatur kehidupan masyarakat disuatu wilayah atau suatu Negara.
Contoh : Kehidupan masyarakat Batak, yang memiliki adat batak yang menjadi norma-norma, hukum-hukum  yang menjadi kebiasaan kemudian disepakati untuk dilakukan yang menjadi acuan dan mengatur kehidupan masyarakat batak.
Jadi “adat Batak” termasuk kategori “Adat Yang Diadatkan”.

Kalau “Adat Yang Sebenarnya Adat” menurut agama  Kristen sumbernya adalah Alkitab, maka Adat batak yang merupakan “Adat Yang Diadatkan” tentu ada sumbernya. Pertanyaannya, darimanakah sumbernya? Siapakah inspirasinya? Apakah ompunta sijolo-jolo tubu? Jika ia, siapa yang mengajarkan itu kepada ompunta sijolo-jolo tubu? Yang kemudian diteruskan ke generasinya, sampai ke generasi sekarang? Tentu ada. Siapakah itu? Saudara akan mendapatkan jawabannya setelah meneruskan membaca buku ini.

4.      Adat Istiadat.
Adalah kebiasaan dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi norma yang terus menerus dan berkembang.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Adat istiadat adalah : “Tata kelakukan yang kekal dan turun temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.

C.      ADAT BATAK

Adat Batak adalah salah satu jenis dari adat seperti yang dijelaskan di atas, yaitu  termasuk “Adat yang diadatkan”.
      Upacara-upacara di sepanjang lingkaran hidup manusia itu didalam istilah antropologis dikenal dengan sebutan rites de passages atau life cycle rites.
Beberapa jenis life cycle rites yang dijumpai pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan nama : mangganje (kehamilan), mangharoan (kelahiran), martutu aek dan mampe goar (pemandian dan pemberian nama), marhajabuan (menikah), mangompoi jabu (memasuki rumah), manulangi (menyulangi), hamatean (kematian), mangongkal holi (menggali tulang belulang), dan lain-lain. Pada sub etnis Batak lainnya seperti Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola, dan Pakpak Dairi upacara tersebut memiliki nama-nama yang berbeda.
Sejak dalam kandungan, kelahiran sampai dengan kematian orang batak tidak terlepas dari acara adat.
 
BAB III
PRO KONTRA ADAT BATAK

Berbicara tentang adat batak adalah suatu hal yang sangat menarik dan sensitif untuk diperbincangkan. Diantara orang batak selalu terjadi pihak yang pro kontra tentang adat batak. Kenapa? Karena masing-masing pihak memandang adat batak itu dari dua sisi yang berbeda, bagi pihak yang pro adat batak mereka melihat adat batak itu sebagai system sosial yang mengatur hubungan kekerabatan ditengah-tengah masyarakat batak. Sedangkan pihak yang kontra atau yang tidak menjalankan adat batak melihat adat batak itu sebagai sesuatu yang tidak perlu di lakukan sebab selain mengatur hubungan kekerabatan ditengah-tengah masyarakat batak, adat batak itu diyakini berasal dari O.M.N. Dan itulah yang kita soroti dalam buku ini.
Adat yang kita maksud dalam tulisan ini adalah adat batak yang terdapat pada beberapa jenis life cycle rites tersebut di atas, yaitu : mangganje (kehamilan), mangharoan (kelahiran), martutu aek dan mampe goar (pemandian dan pemberian nama), marhajabuan (menikah), mangompoi jabu (memasuki rumah), manulangi (menyulangi), hamatean (kematian), mangongkal holi (menggali tulang belulang), dan lain-lain.
 Ini sangat penting kita pahami dulu, kenapa? Karena pengertian adat itu sangat luas yaitu “mengatur segenap aspek kehidupan.”. (Lihat juga BAB II ada 4 (emat) bagian  adat , 1. Adat Yang Sebenarnya Adat 2. Adat yang teradat 3. Adat yang diadatkan 4. Adat Istiadat.)
Untuk memahami maksud penulis dalam hal ini, saya berikan penjelasan sederhana sebagai berikut : “Ketika saya mau masuk ke rumah seseorang terlebih dahulu saya mengetok pintu tidak langsung menyelonong masuk, ini adalah adat (Adat yang teradat). Ketika saya melewati kalayak ramai lalu permisi (marsantabi), itu juga adat, ketika kita mengawinkan anak lalu di berkati di gereja kemudian dilanjutkan dengan acara resepsi atau melangsungkan acara adat batak (Mambahen adat nagok), ini juga adat. Saat pemberkatan di Gerejapun itu sebenarnya adat (Lihat defenisi adat).
Namun  paradigma kita tentang beradat dan tidak beradat adalah ketika seseorang melakukan dan tidak melakukan salah satu atau keseluruhan yang terdapat dalam life cycle rites tersebut di atas.  Jika tidak dilakukan maka disebut tidak beradat (dang maradat). Jika dilakukan baru dikatakan beradat (Paradat).
Saya berikan contoh lagi, misalkan anda ketika melangsungkan pernikahan, ketika anda hanya pemberkatan di gereja dilanjutkan dengan pesta resepsi maka anda dikatakan tidak beradat (dang maradat) artinya anda diharuskan  suatu saat untuk melakukan pesta adat batak lagi yang disebut dalam istilah “Manggarar adat”. Ketika itu dilakukan barulah dikatakan sah pernikahan anda menurut adat batak. Dan anda disebut paradat.  Walaupun anda melangsungkan adat nagok namun dalam perjalanan pernikahan anda,  sikap anda terhadap istri kasar, anda tidak sopan dengan lae, mertua, pertanyaan saya sederhana “Apakah anda beradat ?” Maaf saya mengatakan anda tidak beradat.
Mari kita rubah paradigma kita tentang  beradat dan tidak beradat.
Adat batak itu adalah salah satu bagian dari adat itu sendiri dan masuk kategori ke 3  yaitu : “Adat Yang Diadatkan”.
Tolong disimak baik-baik :
 Orang yang menjalankan dan tidak menjalankan adat batak belum tentu orang yang beradat”.
 Oleh karena itu yang menjalankan adat batak dan yang tidak menjalankan adat batak janganlah saling bermusuhan. Sesama orang batak jangan  saling menghujat satu dengan yang lain. Hubungan orang tua dengan anak bisa renggang gara-gara adat batak, hubungan yang bersaudara kandung juga bisa renggang gara-gara adat batak, dengan namboru, nantulang tidak saling teguran gara-gara adat batak, yang satu menjalankan adat batak yang lain tidak menjalankan adat batak. Came on!! Jangan lanjutkan pertengkaran ini, mari kita saling menghargai pilihan masing-masing sesama orang batak, jika ada keluarga, teman atau sesama orang batak yang tidak menjalankan adat batak hargai dong, itu pilihan mereka sesuai dengan pemahamannya! Demikian selanjutnya jika ada yang masih menjalankan adat batak tetap kita hargai karena itu pilihan masing-masing sesuai dengan pemahaman masing-masing.
Di dunia maya di group jaringan social seperti Face Book (group Adat dohot Agama (Khusus Kristen)) sering terjadi pembahasan yang pro dan kontra tentang adat batak. Yang masih menjalankan adat batak mengatakan kepada yang tidak menjalankan adat batak, “Jika kalian tidak menjalankan adat batak, jangan pakai margamu, keluarlah dari orang batak jangan jadi orang batak lagi”. Saya bingung darimana sumber pemahaman ini? Jadi orang batak yang masih menjalankan adat batak, jangan paksa orang batak lainnya harus sepaham dengan anda untuk tetap menjalankan adat batak. Demikian sebaliknya orang batak yang sudah tidak menjalankan adat batak tidak boleh memaksakan orang batak lainnya untuk sepaham dengan kita untuk tidak menjalankan adat batak. Ingat : “Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada manusia ciptaanNya”.  Masakan kita manusia sebagai ciptaan merasa lebih hebat dari pencipta dengan memaksakan kehendak/pemahaman kita kepada orang lain? Bertobatlah!!!
Saran saya :  mari kita perdalam pemahaman kita tentang apa yang kita yakini untuk kita lakukan. Contohnya : Jika saudara orang batak dan beragama Kristen tetapi masih mempertahankan adat batak perdalamlah pengetahuan anda tentang adat batak itu, jangan saudara menjalankan adat batak itu karena ikut-ikutan, karena terpaksa atau karena tidak siap untuk kehilangan komunitas,  tetapi haruslah dilandasi kebenaran yang saudara yakini benar. Baca buku-buku yang menjelaskan tentang apa itu adat batak,  Asal usul adat batak, tokoh-tokoh batak yang melestarikan adat batak. Namun jangan lupa karena saudara sudah menjadi Kristen atau pengikut Yesus tetaplah baca Alkitab sampai anda dapat memahami apa kata Alkitab tentang adat batak itu?
Jika saudara orang yang tidak menjalankan adat batak, juga saya sarankan perdalamlah pengetahuan anda dengan membaca banyak buku dari berbagai referensi terlebih alkitab yang mendasari kenapa anda tidak lagi menjalankan adat batak itu.
            Dalam bab selanjutnya penulis akan menjelaskan Asal Usul Kitab Agama suku Batak yang merupakan sumber adat batak sesuai dengan refrensi yang penulis temukan dari sebuah buku yang ditulis oleh seorang  tokoh besar agama batak, dia adalah mantan Penginjil ke Simalungun dan Tanah Karo yang bernama Raja Patik Tampubolon.

 
BAB IV
 KITAB AGAMA  SUKU BATAK

Orang Batak memiliki 2 kitab, yaitu 1. Pustaha Tumbaga dan 2. Buku Laklak
Ada 2 (dua) versi cerita tentang keberadaan ke dua kitab tersebut di atas,
Versi 1 (Dalam sebuah turi-turian) :
Manusia pertama Si Boru Deak Parujar dengan suaminya tuan Ruma Gorga memiliki sepasang anak kembar. Ketika itu hubungan manusia dengan para dewa harmonis dimana mereka sering berjumpa secara langsung di puncak gunung Pusuk Buhit. Kedua anak tersebut melakukan hubungan sumbang sehingga para dewa marah.  Ompu Mulajadi Nabolon (O.M.N) kemudian membawa kedua orang tua anak tersebut ke langit. Salah satu dewa, yaitu Debata Asi-asi diperintahkan oleh O.M.N menemani kedua anak kembar itu.
Karena merasa kasihan, Debata Asi-asi meminta supaya O.M.N tetap membimbing kedua anak manusia tersebut. O.M.N memberikan adat sebagai pembimbing mereka dengan cara mamemehon [menyuapkan] adat ke mulut keduanya.
Setelah itu para dewa menjauh dan tidak mau berhubungan langsung dengan manusia. Supaya tetap mendapat perkenanan O.M.N, kedua anak kembar tersebut serta keturunannya harus memelihara adat yang diberikan oleh O.M.N.

Versi 2 (Ditulis oleh Raja Patik Tampubolon) :
Ketika Si Raja Batak menjadi tua, dipanggilnyalah kedua puteranya, supaya mereka menyiapkan baginya jamuan perpisahan. Segala sesuatu yang ia punya telah ia serahkan kepada mereka: kekuatan, pertumbuhan, harta kekayaan, kekuasaan, kehormatan, pengetahuan, pendidikan dan kebijaksanaan. Putra-putranya menjawab bahwa itu semuanya benar, tetapi ada sesuatu yang belum diberikannya kepada mereka, dan ia harus berpikir-pikir tentang itu. Ia tidak berhasil. Oleh sebab itu, ia beserta kedua puteranya naik ke gunung Pusuk Buhit membawa korban persembahan setia kepada O.M.N untuk menanyakan kepadanya, apa yang diminta oleh puteranya tersebut. Ia memanjatkan doa yang panjang, sesudah itu O.M.N memberikan kepadanya dua kitab, yakni Pustaha Laklak, [kitab kulit] dan Pustaha Tumbaga [kitab tembaga], yang berisikan tentang hadatuon dan habatahon [adat Batak].
Setelah Siraja Batak menerima kedua kitab tesebut dari O.M.N., diberikannyalah kepada kedua anaknya; Pustaha Laklak diberikan ke R. Ilontungon, Pustaha Tumbaga diberikan ke R. Isumbaon. Kedua kitab tersebut tidak langsung dibuka atau diselidiki mereka namun disimpan. (Disimpan-simpan nasida diuras dohot dipasiup-siup).
Baru setelah  generasinya Martua Radjadoli dari keturnan R. Ilontungon dan generasi T. Sorimangaradaja keturunan R. Isumbaon,  baru dibuka dan diselidiki isi kitab tersebut.
Pengilhaman oleh roh sembahan leluhur dinyatakan secara implisit dalam istilah mamemehon (disuapkan). Jadi terlihat bahwa upacara adat Batak bukan merupakan hasil pemikiran dari leluhur semata tetapi merupakan konsep, ide, paradigma yang ditransferkan ke pikiran leluhur oleh roh sembahannya. Hal ini kemudian diajarkan secara lisan kepada keturunannya. Pemahaman yang diilhamkan inilah yang harus dilakukan terus menerus agar keturunannya mendapat berkat dari Debata Mulajadi Nabolon. Pantun yang berbunyi : “Tuatma nan dolok martungkot sialagundi, napinungka ni ompunta sijolo-jolo tubu diihutton naparpudi” yang selalu mengingatkan orang Batak supaya tetap melaksanakan segala ketentuan adat dari leluhur. Apakah orang Batak pernah bertanya apa yang sudah dibuka dan dimulai oleh para leluhur, apa yang mengilhami mereka dan kenapa orang Batak harus patuh kepada apa yang sudah dilakukan leluhur yang adalah penyembah berhala!? Bukankah kita seharusnya mematuhi kebenaran Injil yang disabdakan YESUS, bahwa hanya Dia-lah jalan, kebenaran dan hidup? [Baca Yohanes 14:6 dan Yohanes 6:63]. Dengan perkataan lain, yang berasal dari Tuhan YESUS sajalah yang dipatuhi, yang bukan berasal dari Tuhan YESUS harus ditolak!
Kita harus menyadari bahwa selain Tuhan, Iblis juga dapat memasukkan berbagai gagasan pikirannya ke hati dan pikiran manusia. Alkitab memberikan contoh yaitu ketika Petrus menegor YESUS berkaitan dengan pernyataan-Nya tentang rencana penyaliban, dan kemudian Petrus dimarahi YESUS. Pernyataan Petrus ini didorong oleh kehadiran Iblis yang kemudian menyuntikkan pikirannya ke dalam pikiran Petrus, yang tercetus pada ucapannya. Reaksi YESUS adalah:
Maka berpalinglah YESUS dan sambil memandang murid-muridNya Ia memarahi Petrus, kataNya : Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan manusia.[Markus 8 ayat 33]. Contoh lain, ketika Iblis memasukkan gagasannya ke dalam pikiran Daud untuk melakukan sensus penduduk, seperti tertulis pada 1 Tawarikh 21 ayat 1, 7; [1] Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel. [7] Tetapi hal itu jahat di mata Tuhan, sebab itu dihajarNya orang Israel.
Bimbingan langsung Iblis secara gaib di dalam hati manusia pada saat ini, juga dapat kita lihat di dalam aktifitas para dukun di dalam memeriksa, menemukan penyakit dan mengobati para pasiennya.
Seperti halnya agama-agama lain yang menjalankan ajarannya/kepercayaannya sesuai dengan apa yang terdapat dalam kitabnya masing-masing, demikianlah “Sebaiknya anda tahu” bahwa agama suku batak juga melakukan apa yang diajarkan/yang tertulis didalam kitab “”Tumbaga Holing” dan “Buku Laklak.” Isi dari Buku Tumbaga Holing adalah “Adat-Patik dohot Uhum” yang jika kita selidiki dengan teliti dari sinilah sumber adat batak itu, jadi Kitab Tumbaga Holing itu adalah dasar atau ojahan ni adat Batak (Habatahon), naung jadi sibuk dohot mudar ni halak Batak sian sidjolo-djolo tubu (yang sudah mendarah daging bagi orang batak dari nenek moyang) sampai sekarang ini.
Isi dari Buku Laklak adalah tentang hadatuon, parhalaan (Kesaktian).  Sampai saat ini masih ada orang batak yang memilki kesaktian, menjadi dukun ada yang pergi ke Pusuk Buhit untuk mendapatkan berkat dan kekuatan.
Bentuk Kitab Pustaha Tumbaga berupa buku yang dapat dipanjangkan terbuat dari kulit kayu Raja Tualang   yang besar dan Logam Tembaga yang di ukir dengan goresan ujung pisau.
Timbul pertanyaan tentang kebenaran dan keberadaan ke dua kitab tersebut, Apakah masih ada? Penulis mencoba mencari tahu jawabannya dengan mencari dari berbagai sumber, ada yang mangatakan buku tersebut tenggelam di danau Silalahi ada juga yang mengatakan dibawah ke Jerman.
Terlepas dari pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaran dan keberadaan kitab tersebut, Raja Patik Tampubolon seorang  tokoh besar agama batak, dia berusaha untuk mencari tahu dari berbagai sumber tentang isi dari kedua buku tersebut. Dia bertanya  pada Raja, orang yang lebih tua, Tunggane ni Bangsa, Houm, Marga Batak di desa na ualu yang mengetahui tentang kitab tersebut. Dibutuhkan waktu lebih dari 40 tahun dan akhirnya Raja Patik Tampubolon menuliskan buku “PUSTAHA TUMBAGA HOLDING”,  482 halaman Stensil, dan diterbitkan oleh Pdt. PAUL PEDERSON Pdt. Mahasiswa pada tahun 1964.
Pustaha inilah sebagai Kitab Agama Golongan Si Raja Batak yang dipimpin oleh Raja Patik Tampubolon. PUSTAHA itu terdiri dari LIMA BUKU :
1)      TURI-TURIAN TARINGOT TU ADAT TAROMBO (102 hal)
2)      TURI-TURIAN TAROMBO SEJARAH BATAK SIAN SISINGAMANGARAJA BATAK SAHAT TU NUAENG (156 Hal).
3)      TORSA NI ADAT BATAK, PATIK DOHOT UHUM (118 hal)
4)      PUSTAHA PARHALAAN, RAKSA NI HADATUON TARINGOT TU PARHALAAN (63 hal).
5)      SURAT BATAK (32 hal).

Riwayat singkat Raja Patik Tampubolon :

 Raja Patik Tampubolon adalah mantan Penginjil ke Simalungun dan Tanah Karo. Kemudian menjadi pegawai di Kantor Pemerintah Deli Serdang. Kemudian menjadi seorang nasionalis. Dia lahir pada tahun 1882. Dalam diri Tampubolon telah timbul semangat untuk mempertahankan HABATAHON dalam HAKRISTENON. Pada tahun 1910 dia berhenti dari Penginjilan dan beralih kerja sebagai juru bahasa di Deli Serdang. Akhirnya dia bertindak sebagai Raja Patik dan menuliskan buku PUSTAHA TUMBAGA HOLING, sebagai Taurat dari ADAT HABATAHON. Gelar Raja Patik itu disandangnya pada tahun 1922. Kemudian dia menjadi Pengusaha Perseroan Bank di Balige dan mendirikan sebuah Hotel di Siantar. Namun dia lebih menyibukkan diri dengan ADAT BATAK dan PERSEKUTUAN ADAT BATAK.
·         Pada tahun 1938-1942 Tampubolon menerbitkan mingguan PARTUNGKOAN, yang membuat dia menjadi sangat terkenal. Dia membuktikan diri pada Persekutuan GOLONGAN SI RAJA BATAK. Golongan ini bertumbuh sampai tahun 1951.
·         GOLONGAN SI RAJA BATAK berdasarkan KESAKTIAN. Dia membentuk persekutuan BIUS, yang sangat ditentang ZENDING. Dia menerbitkan PUSTAHA TUMBAGA HOLDING,  482 halaman Stensil, dan diterbitkan oleh Pdt. PAUL PEDERSON Pdt. Mahasiswa.

Saya berharap sampai disini para pembaca bisa mengerti dan memahami bahwa sesungguhnya sumber adat batak itu adalah O.M.N.
JADI SIAPAKAH SESUNGGUHNYA INSPIRASI/SUMBER ADAT BATAK ITU?
Jawabnya adalah O.M.N.
Siapakah O.M.N. itu ? Mari kita lihat di bab selanjutnya.

 
BAB V
SIAPAKAH OMPU MULAJADI NABOLON ITU?
Didalam buku yang berjudul “Pustaha Tumbaga Holing” yang diterbitkan pada tahun 1964, penulis : Radja Patik Tampubolon Baringbing, Halaman 13 Bindu 4 mengatakan :
“Ompunta Muladjadi Nabolon”; na so marmula2, na ro sian sisomarmula, na so marudjung; ibana do mulana  [naso marbona] djala ibana dohot na manjadihon. Manompa langit dohot tano dohot aek dohot sude nasa isina.
Artinya O.M.N adalah yang awal dan yang akhir. Dia yang menciptakan langit, tanah, laut dan semua isinya.
Di dalam sistem religi/agama/kepercayaan Batak Debata Mulajadi Nabolon adalah pencipta alam semesta dan segala isinya.
Manusia pertama atau leluhur orang Batak, si Raja Batak yang dipercayai tinggal di dolok Pusuk Buhit adalah keturunan Debata Mulajadi Nabolon. Kepercayaan ini menyangkali penciptaan manusia pertama di taman Eden juga memutuskan asal-usul orang Batak (sesungguhnya bermula dari Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan dari debu tanah). Iblis telah menipu orang Batak dengan menyatakan diri sebagai asal mula atau pencipta manusia sehingga manusia (orang Batak) harus menyembah, memuja, dan menuruti setiap perintah/larangan Debata Mulajadi Nabolon seperti yang tertuang dalam adat istiadat orang batak.
Dari sistem agama Batak, Debata Mulajadi Nabolon adalah nama sembahan. Roma 1 ayat 23 mencatat bahwa manusia telah menggantikan kemuliaan Tuhan yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana. Debata Mulajadi Nabolon digambarkan sebagai sosok tertinggi dari segala yang ada, sehingga dia harus dihormati, disembah, dibujuk supaya jangan marah dengan memberikan “pelean parjambaran”. Hal ini dapat kita saksikan dalam praktek adat batak  pada pesta adat perkawinan, sebelum Hula-hula memberikan pasu-pasu (berkat) kepada pengantin ataupun pihak parboru, maka dilaksanakan dulu pembagian pelean (parjambaran) dan itu tidak boleh salah sesuai dengan aturan yang sudah tertera dalam adat, tidak boleh dibalik artinya memberkati pengantin atau parboru dulu baru pembagian parjambaran.

Nama-nama Para Pelayan O.M.N :

Nama-nama  para Pelayan O.M.N menurut  buku “Pustaha Tumbaga Holing” yang bertempat tinggal di “banua ginjang” (terjemahan bebas “sorga”) :
1.       Sileang2 mandi, untung2 nabolon, suruan-porhalado di Muladjadi Nabolon.
2.       Borong2 badar, Lampu2 Nabolon, Parhalado na Singal di Muladjadi Nabolon
3.       Siradja Indo2, Siradja Indopati, Na hinsa suruon, djala na girgir mangalapi.
4.       Tuan Sorimandjudjung, Tuan Dihurmadjati Sipatolhas-tolhas tona tu Ompunta Muladjadi, Dipatolhas tintin pidjor tintin sipadjadi2
5.       Siradja Inggotpaung, dohot  Siradja Asiasi, Suruan panorusi tu Ompunta Muladjadi
6.       Ompuradja Hatorusan, hatorusan ni somba, hatorusan ni tona.
7.       Ompuradja Hasahatan, hasahatan ni hata, hasahatan ni somba.

BAGAIMANA O.M.N menciptakan Manusia ?

O.M.N memiliki “Manuk-manuk Hulambudjati” yang memiliki 3 induk telor. Suatu ketika  Manuk-manuk Hulambudjati kaget ketika melihat ketiga induk telor tersebut ternyata ukurannya sangat besar. Akhirnya Manuk-manuk Hulambudjati menitipkan pesan kepada O.M.N. melalui Sileang-leang mandi, Untung-untung nabolon Mau diapakan ketiga induk telor tersebut? Bagaimana cara mengeraminya? Ukurannya terlalu besar.
Sileang-leang Mandi – Untung-untung Nabolon menyampaikan pesan tersebut kepada O.M.N.
            Pendek ceritra sesuai dengan arahan dan instruksi dari O.M.N. terciptalah 3 (tiga) manusia pertama laki-laki  yang diberi nama : 1. Batara Guru 2. Bala Sori 3. Bala Bulan.
            Kemudian diciptakannyalah 3 perempuan yang menjadi pasangan ketiga putra tersebut yang bernama 1. Siboru Parmeme  2. Siboru Parorot  3. Siboru Panuturi.
(Jika anda ingin mengetahui lebih lengkap bagaimana caranya O.M.N. menciptakan manusia, silahkan baca di E-book “Pustaha Tumbaga Holing” Buku 1)
Asal Usul Keluarga :

O.M.N secara langsung memberkati pernikahan antara :
1. Batara Guru menikah dengan Siboru Parmeme
2. Bala Sori menikah dengan Siboru Parorot
3. Bala Bulan menikah dengan Siboru Panuturi

Inilah asal mula terbentuknya sebuah keluarga (Pardongan saripeon) dan dalam acara inilah O.M.N memberikan Adat Patik/Uhum sebagai aturan bagi keluarga baru yaitu (dalam bahasa batak) :
1.      Suhu dohot harajaon sabutuha
2.      Suhu dohot harajaon boru
3.      Suhu dohot harajaon Hula-hula.
Na dos jala na rap manean di Adat Patik/Uhum songon dalihan na tolu.
(Sumber : “Pustaha Tumbaga Holing” Buku 1, Bindu 6 hal 16)

Dari kutipan ini sangat jelas bahwa sumber adat batak “Dalihan na Tolu” itu adalah O.M.N.



Bersambung ………………..
Untuk mendapatkan E-book lengkap, silahkan sms kami di 081210187786.





 

Tidak ada komentar: